isuh-isuh dan situasi papua

foto dirinya HG

pena paniai -
Kejadian situasi West Papua? Ujaran Tanpa Saksi Mata Sendiri? Homongan tanpa saksi mata sendiri lalu di sampaikan kepada orang tua di pedalaman atau kampung filosof-filosof.


Jika kata homongan opini-opini baru yang selalu diciptakan oleh manusia tertentu, Namu orang-orang kampung jadi terauma, maka dari itu, jangan membenarkan diri-sendiri ujaran kepada orang lain,  seperti isu-isu yang tanpa saksi mata sendiri lalu ujaran kepada orang tua di pedalaman  dan setiap kampung-kampung dan sebagainya.  Dengar-dengaran dari orang lain tanpa saksi mata sendiri, tak ada solusi yang terbaik untuk tepatinya oleh ujaran intruksi yang  akan keterbukaan  definisinya menjadi kedamaian dan pastikan jawaban yang tepat dan sesuai alur pada telah peristiwa baik maupun akan terjadi dengan problem ini dan itu.  Memang ada tapi, agak proses untuk di benarkan  sampai menjadi realitas sesuai alur pada tempat kronologisnya sehingga pandangan menurut seorang mengatasi masalah oleh pelaku kronologinya  pun  tiada harapan  apKejadian Stuasi West Papua
 Ujaran Tanpa Saksi Mata Sendiri

Homongan tanpa saksi mata sendiri di sampaikan kepada orang tua di pedalaman

Jika kata homongan maka, jagan membenarkan diri-sendiri ujaran kepada orang lain,  seperti isu-isu yang tanpa saksi mata sendiri lalu ujaran kepada orang tua di pedalaman dan lain sebagainya.  Dengar-dengaran dari orang lain dari pada saksi mata diri-sediri, tak ada solusi yang terbaik untuk tepatinya oleh ujaran intruksi yang  akan keterbukaan  definisinya menjadi kedamaian dan pastikan jawaban yang tepat dan sesuai alur pada telah pertiwa baik maupun akan terjadi dengan problem ini dan itu.  Memang ada tapi, agak proses untuk di benarkan  sampai menjadi realitas sesuai alur pada tempat kronologisnya sehingga pandangan menurut seorang mengatasi masalah oleh pelaku kronologinya  pun  tiada harapan  apa lagi dari menerima hal tersebut untuk membenarkan untuk memiliki solusi yang terbaik dan keterbukan dan kebebasan jalan masuknya.

Praduga merupakan mengorbangkan bagi batin yang masih utuh normal dari pada antara pihak pelaku awal dan pihak pelaku menurut praduga. Maka  itu, sebelum memastikan jawaban yang nyata di tempat pada  lingkungan kronolisnya maupun berita-berita melalui media sosial dll-Nya,  tolong harap diri-sendiri masing-masing  bahwa  merenungkan  metode strategi  langka  telah kejadian yang faktual lalu boleh di ujarkan kepada siapa saja. Karena dengan hal begitu, maka ada solusi yang terbaik untuk bagi kita bahwa atasi diri untuk mengungsi dan tidak itu,  tergantung pada kemauan kepribadian kita  masing-masing yaitu mengadaptasi dengan karena kompromi  keputusan  melangka pada metodenya yang tanpa praduga sehingga akan tejadi stuasi dengan merasa kepahitan.

Hanya karena isuh-isuh yang tanpa saksi mata sendiri lalu ujaran kepada kiri-kanan oleh siapa saja dan orang tua, maka  kebanyakan mahasiswa/i yang di batalkan mata kuliah dan pengurusan-pengurusan KRS dan lain sebagainya di Kota Studi kampus masing-masing.  Untuk itu,  kita merenungkan bahwa, jika saya petik hanya homongan-homongan tanpa saksi mata, berarti  bagaimana perasaan dari orang lain?  dan  berfikir bahwa bahwa, saya sudah jenjang pada kaum maha dan besar  di kalangan kedewasaan berarti; Bagaimana strategi pembicaraan kemasa depan pandangan  terhadap sosial di lingkungan?  Maknumi.  Jadi,  tolong di batalkan tentang informasi yang homongan-homongan dengan tanpa saksi mata diri-sendiri dari orang lain oleh di tempat  kejadian kronologis yang realitasnya.

  Kita semua sudah di menyasikan dengan mata diri kita masing-masing tentang perkembangan stuasi  peristiwa krnologisnya yang jelas dan fakta di West Papua.
 Dan peristiwan yang  terjadi  begini dan begitu,  itukan ada di mata kita sendiri dan   sudah jelas dan sesuai fakta pada metode yang alur. Tetapi semua jadi pihak pelaku seperti buka mata besar-besaran sebagai kepintaran terhadapa masyarakata yang buta huruf untuk memastikan metodenya yang bagian lacak stuasi dengan mengikuti media membaca korang, sosial, fesbook, pokaknya dengan jaringan yang secara tulis untuk dengan bisa tahu membaca agar pastikan bahwa sudah metodenya sampai disini dan disitu.   Nah, hal bagian itu, bagi  kita yang sudah di mengungsi,  harus di tunjukan kepada terhadap masyarakat yaitu orang tua kita  masing-masing di pedalaman agar mereka pun tahu tapi itu pula informasi kronologisnya yang jelas dan fakta. Jika di tunjukkan kedengangaran homongan dari orang lain berarti, salah satu motivasi buat bagi  kepada orang tua yang anaknya masih ada di Kota Studi masing-masing sehingga melalui dengaran homongan tersebut, orang tua jadi trauma untuk anak pun harus mengungsi.

Jadi, kita perluh di bedakan bahwa mana yang kejadiannya sesuai fakta dan tidak fakta pada realitasnya.
 supaya anjuran dari kita terhadap masyarakat  yaitu orang tua di pedalaman dengan memahami baik tanpa tersinggung homongan untuk merenungkan bahwa anak harus mengunsi dan tidak. Karena apa? Aku saya orang tuaku karena salah-salah mendengar homongan maka  sudah sampai di tempat  mengikuti membaca stuwasi untuk aman dan tidak.  Orang tua merenungkan pula tidak salah, karena orang tua kita jadi banyak pikiran bahwa jangan sampe dapat tembak  dari daerah orang lain tanpa lihat muka sendiri menerima hal tersebut untuk membenarkan untuk memiliki solusi yang terbaik dan keterbukan dan kebebasan jalan masuknya.

Praduga merupakan mengorbangkan bagi batin yang masih utuh normal dari pada antara pihak pelaku awal dan pihak pelaku menurut praduga. Maka  itu, sebelum memastikan jawaban yang nyata di tempat pada  lingkungan kronolisnya atau tempat kejadian  maupun berita-berita melalui media sosial dll-Nya,  tolong harap diri-sendiri masing-masing  bahwa  merenungkan  metode strategi  langka  telah kejadian yang faktual lalu boleh di ujarkan kepada siapa saja. Karena dengan hal begitu, maka ada solusi yang terbaik untuk bagi kita bahwa atasi diri untuk mengungsi dan tidak itu,  tergantung pada kemauan kepribadian kita  masing-masing yaitu; mengadaptasi dengan karena kompromi  keputusan  melangka pada metodenya yang tanpa pradigma sehingga akan tejadi stuasi dengan merasa kepahitan.

Hanya karena isuh-isuh yang tanpa saksi mata sendiri lalu ujaran kepada kiri-kanan oleh siapa saja dan orang tua serta tempat pengumpulan,sebab adanya isu-isu sehingga  kebanyakan orang yang di batalkan unsur keperluaan kepribadi lain dan sebagainya.Untuk itu,  kita merenungkan bahwa, jika saya petik hanya homongan-homongan tanpa saksi mata, berarti  bagaimana perasaan dari orang lain?  dan  berfikir bahwa, saya sudah jenjang pada kaum maha dan besar  di kalangan kedewasaan berarti; Bagaimana strategi pembicaraan kemasa depan pandangan  terhadap sosial di lingkungan?  Maklumi. Jadi  tolong di batalkan tentang informasi yang homongan-homongan yang mematikan pisikologi orang dengan tanpa saksi mata kepala sendiri dari orang lain oleh di tempat  kejadian atau  kronologis yang realitasnya.

  Kita semua sudah di menyaksikan dengan mata diri kita masing-masing tentang perkembangan stuasi  peristiwa krnologisnya yang jelas dan fakta di West Papua.
 Dan peristiwan yang  terjadi  begini dan begitu,  itukan ada di mata kepala kita sendiri dan sudah jelas sesuai fakta pada metode yang alur. Tetapi semua jadi pihak pelaku seperti buka mata besar-besaran sebagai kepintaran terhadap masyarakatan yang buta huruf untuk memastikan metodenya yang bagian lacak stuasi dengan lewat mengikuti berbagai media  seperti, membaca korang, sosial, facebok, pokaknya dengan jaringan yang secara tulis untuk dengan bisa tahu membaca agar pastikan bahwa sudah metodenya sampai disini dan disitu.   Nah, hal bagian itu, bagi  kita yang sudah di mengungsi,  harus di tunjukan kepada terhadap masyarakat yaitu orang tua kita  masing-masing di pedalaman agar mereka pun tahu tapi itu pula informasi kronologisnya yang jelas dan fakta. Jika di tunjukkan kedengangaran homongan dari orang lain berarti, salah satu motivasi buat bagi  kepada orang tua yang anaknya masih ada di Kota Studi masing-masing sehingga melalui dengaran homongan tersebut, orang tua jadi trauma untuk anak pun harus mengungsi.

Jadi, kita perluh di bedakan bahwa mana yang kejadiannya sesuai fakta dan tidak fakta pada kejadiannya, supaya anjuran dari kita terhadap masyarakat  yaitu; orang tua di pedalaman dengan memahami baik tanpa tersinggung homongan untuk merenungkan bahwa anak harus mengungsi dan tidak. Karena apa? Aku saya orang tuaku karena salah-salah mendengar homongan maka  sudah sampai di tempat  mengikuti membaca situwasi untuk aman dan tidak.  Orang tua merenungkan pula tidak salah, karena orang tua kita jadi banyak pikiran bahwa jangan sampe dapat tembak  dari daerah orang lain tanpa lihat mukanya  orang- orang yang disayangi.

 pikirang karena kita sudah tahu bahwa orang tua sudah merenungkan banyak pikiran dan sudah sampaikan hal begitu kepada kita oleh anak masing-masing sehingga kita atau anak   tak ada timbul pikiran untuk  tetap tabah di tempatnya melainkan timbul berfikir untuk hanya mau berangkat dan mengungsi saja di pedalaman.

Nogeii,,,, Orang tua paa puyamana woo owegai koo daaa koyo kaa, tiyake namaiya nawaii nogeii, manakoo gaga tiyake wegaii, wotii tiyaka yang makodo kaa mana kodo  kagipaimaa
Nega makai kodo kadani tiyaga kouko ani yoka koo bauu dan akina yoka koo beuuu

Dari pada orang tua jadi trauma hanya karena isu-isu tak membangun terahdap orang tua di kampung-kampung.

 Jadi Homonglah kepeda orang tua kita ialah isu dan kajadian fakta yang jelas,jika tanpa saksi mata kepala berarti bolelah tutub mulutmu dan mulutku karna orang tua kitalah  yang pelindung kita dan kampung kita.

            Refleksi : GAII DOUU EKOWAII

  Sekian dan terima kasih atas tanggapinya
     
Menulis : HG
Editor  : MMM
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.