“Sejarah dunia adalah sejarah orang muda. Jika angkatan muda mati rasa, maka matilah sebuah bangsa.” (Pramoedya Ananta Toer)
Penulis: Benjoss*
Tulisan ini sengaja aku dedikasikan untuk para pejuang keadilan. Cinta itu seperti debu yang menempel dalam setiap nafas, keringat dan darah, kaum pekerja untuk menyambung kehidupan diri dan keluargnya.
Dengan kekuatan cinta seseorang dapat melejit cepat sepeti busur panah, melampaui batas kemampuannya. Dalam setiap tetes keringat yang keluar menghitung dan merongrong sebuah isyarat semangat yang menggebu-gebu dalam dunia pekerjaan.
Tekad yang begitu kuat, suatu saat nanti dengan kerja keras ini ia akan kuasai dunia yang kejam ini, helaian hembusan angin membawanya berangan-angan ingin menjadi seseorang yang berarti untuk orang lain.
Pada suatu ketika aku tak sengaja berjumpa dengannya, lalu aku menyapanya ketika aku melihatnya sedang giat bekerja memikul barang pabrikan di bawah teriknya sinar matahari yang menyengat.
Tanyaku, "Hai tuan, kau nampak lelah?"
Dia menjawab, "Ia kawan aku sangat lelah tetapi cinta dan perjuangan hidup yang membuat semangatku tak pernah lelah."
Kembali aku bertanya, "Tahukah tuan apa yang tuan kerjakan ini sangat menyiksa?"
Jawabnya, "Tentu saja tidak kawan, ini memang jalan hidupku karena aku hanya seorang lulusan SMP yang aku menerima takdir sebagai pekerja upahan. Bukankah itu pantas?"
Tentu saja tidak ada yang salah dengan kerja keras kau tuan, apa lagi itu demi cinta dan perjuangan yang engkau lontarkan. Namun aku akan menyajikan sedikit analisa untuk kau tuan.
"Asal tuan tahu, pekerjaan tuan yang yang menyiksa ini bukan takdir tapi ini adalah bentuk eksploitasi dari bos tuan (kapitalis)," terangku.
"Lah kok kawan mengatakan seperti itu? Aku disini bekerja dan di upah kawan," jawabnya dengan heran.
Iya aku tahu, "Tuan diupah namun tidak sebanding dengan apa tenaga dan semangat tuan sumbangsihkan untuk pabrik ini. Buktinya tuan sudah melakukan pekerjaan ini selama bertahun-tahun dan kalau tuan sudah tidak sanggup lagi tuan sudah tidak digunakan lagi di pabrik ini oleh bos tuan."
Tahulah, "Tuan hanya dimanfaatkan oleh sistem yang diterapkan oleh bos-bos pabrik, dll, hari-hari ini? Itu adalah sistem kapitalis yang memprakarsai kepemilikan secara pribadi atas dasar modal utama untuk mendirikan pabrik ini. Tuan juga harus tahu pabrik ini digerakkan oleh buruh loh, yang ciptakan aneka benda, namun tidak dapat dinikmati secara bersama."
Tuan harus tahu kalau kepemilikan pribadi terhadap alat produksi dan pembagian kerja--antara pekerja mental dengan pekerja fisik--itu menciptakan kelas-kelas dalam masyarakat. Ada kelas pemilik alat produksi seperti bos tuan (kelas borjuasi) dan tuan sebagai budak modern/pekerja-upahan (kelas proletariat) yang dihisap dan ditindas tanpa ampun. Kenapa aku mengatakan seperti ini analisa tuan, "Bos tuan pemilik pabrik mempunyai modal awal, lalu dia tidak bekerja dan tuan dan para pekerja lainnya sebagai komoditas dan sumber pencipta produksinya di sini."
Namun benarkah tuan dapat menikmati hasil produksi tuan? Tentu saja tidak! Karena tuan hanya dieksploitasi di sini yang mendapatkan keuntungan tentu bos tuan yang hanya mengeluarkan modal di awal saja, dan tuan hanya di gaji buruh-upahan saja. Maka tidak ada jaminan masa depan untuk mencapai cinta dan perjuangan tuan yang seperti tuan sampaikan tadi.
“Modal datang ke dunia disertai tetesan darah dan kotoran dari kepala sampai kaki.” (Karl Marx)
Kapitalis itu adalah perusak persaudaran tuan dia adalah kaum yang menghegemoni secara halus yang secara tidak langsung melakukan penghisapan dan kekerasan dengan cara tuan memikul beban berat ini, dan belum lagi ketika tuan semisalkan lembur.
Asal tuan tahu, "Di dalam sistem kapitalis para manusia yang miskin semakin dimiskinkan dengan permainan politik pasar bebasnya. Dan tuan juga tidak memilik masa depan yang cerah karena ketika tuan sudah tidak mampu bekerja seberat ini tuan akan diganti dengan tenaga yang lebih baru dan jiwa muda begitu terus perputaran di dalam sistem kerja kapitalis tuan."
Kapitalis ini juga akan menciptakan kiamat tuan, bukan takdir yang maha kuasa. Karena dengan brutalismenya kapitalis melakukan apa saja demi meraut profit tuan. Contohnya perusakan lingkungan untuk perlebaran ladang bisnis, sampah pabrik berserakan akibat penumpukan produksi secara berlebihan atau simultan dan masih banyak lagi.
Begitulah momok mengerikan di bawah sistem kapitalis tuan, jika tuan ingin memperjuangan cinta untuk kehidupan yang lebih manusiawi tuan harus dapat hak yang sama dan kebebasan berkerja sesuai dengan kemampuan dan keinginan tuan, bukan karena terpaksa. Jika terpaksa, bukan cinta dan perjuangan namanya tuan. Cinta dan perjuangan itu ibarat kata-kata ini tuan. Eko Prasetyo mengatakan:
"Cintaku pada keadilan mambuat kami kerap kali menggugat tatanan. Cinta pada kebenaran membuat kami bertarung melawan kezaliman. Cinta pada kemanusiaan membuat kami mudah bangkit nyalinya saat melihat ketimpangan."
Nah, inilah dinamakannya cinta dan perjuangan hidup tuan. Maka dari itu untuk membebaskan diri dari kebobrokan sistem kapitalis yang sangat menindas ini tuan harus belajar bagaimana cara merebut dan menggayang sistem yang sangat menindas dan menghegemoni ini tuan. Dengan cara menangkan sosialisme, dengan merubah sistim kapitalis atau kepemilikan pribadi ini menuju sistem sosialisme ini, dengan kepemilikan secara bersama (kolektif) akan membuat seluruh cinta dan perjuangan setiap manusia yang ada di muka bumi tercapai. Jadi, bukan sekadar cinta dan perjuangan tuan saja.
Sederhananya seperti itu tuan namun sistem sosialisme ini tidak hanya menciptkan itu, sosialisme juga menciptakan ekonomi terecana, keluarga sosial yang harmonis, dll, tuan. Sangat istimewa, kan, sosialisme tuan? Nah, oleh karena itu mulai dari sekarang tuan dan pekerja-pekerja yang memperjuangakan cinta untuk keluarga dan penyambung hidup lainnya harus mempelajari dan memenangkan sosialisme untuk menghancurkan sistem kapitalisme yang sangat mematikan ini.
"karena kami makan akar/dan terigu menumpuk di gudangmu/karena kami hidup berhimpitan/maka kita bukan sekutu/karena kami kucel/dan kamu gemerlapan/karena kami sumpeg dan/kamu mengunci pintu/maka kami mencurigaimu/karena kami terlantar di jalan/dan kamu memiliki semua keteduhan/karena kami kebanjiran/dan kamu berpesta di kapal pesiar/maka kami tidak menyukaimu." (WS Rendra)
* Penulis adalah kamerad dari PEMBEBASAN Kolektif Kota Mataram. Tulisan ini sengaja dibuat untuk melancarkan program organisasi: Agitasi dan Propaganda Politik.