Surat Desakan Mahasiswa Paniai kepada Bupati:


“Kami Tidak Takut Mati Karena Covid19 tapi Takut Kelaparan”



   Derek Anti Air Degey. 


 IPMAPAN-MAKASSAR.com -Koordinator umum Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Paniai (IPMAPAN) Se-Sulawesi, se-Sumatera dan Se-Jawa dan Bali Deki Derek Degei megirimkan surat desakan kepada orang nomor satu di kabupaten Paniai. Degei mengemukakan kondisi ril yang dipicu oleh covid-19 telah merubah keadaan mahasiswa menjadi benar-benar tercanam lantaran ketidak-tersediaan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan lain. Dirinya menyatakan kami tidak takut mati karena covid19 tetapi takut bila kondisi  kelaparan menjadi kronis terhadap kami.

Pencabut nyawa Corona Virus Disease (Covid-19) yang telah menyebar ke segala penjuru bumi berhasil melumpuhkan berbagai aktivitas manusia. Kondisi tersebut tidak terlepas juga dari negara Indonesia. Indonesia pun terancam hingga dampaknya mempengaruhi kondisi mahasiswa Paniai di nusantara ini. 

 “kondisi ini membuat kami mahasiwa/i pelajar Paniai terancam karena covid19 kami dirumah saja, kuliah online,  apalagi makan dan minum pun dirumah saja. Tetapi akhir-akhir ini kami takut mati bukan karena covid 19 tetapi kelaparan akan terjadi di setiap kota-kota di Indonesia bagi mahasiwa palajar yang sedang tertindas karena situasi kondisi saat ini” Tulis Deki dalam sebuah catatan ini, kemarin, 10/06/2020 

Berikut adalah isi surat terbuka:

Kepada Yang Terhormat, Bapak Bupati Paniai Kapten Meki Nawipa, di Paniai

Syalom! Salam sejahtera untuk kita semua. Pertama-tama, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Poyamee yang senantiasa memberikan kekuatan dan kesehatan serta nafas secara prodeo sehingga kita dapat menikmati udara segar di muka bumi ini.


Bapak bupati Paniai yang terhormat;

Berhubungan dengan perihal kondisi saat ini, Saya ini orang yang percaya bahwa bapak merupakan sosok yang mencintai masyarakat serta segala isinya dan mempunyai kepedulian terhadap kemajuan sumber daya manusia. Saya bangga dan menghargai kinerja selama beberapa dekade ini membuktikan gaya kepemimpinan yang andalan ditandai dengan turun ke setiap kampung juga beberapa distrik yang belum pernah dijangkau sebelumnya, kemudian melihat secara langsung sikon masyarakat setempat dan membereskan orang-orang sakit. Tidak percuma kami mempercayakan untuk memimpin dan melayani masyarakat Paniai. 

Tetapi sebelumnya bapak mungkin belum kenal saya sebab saya masih mahasiswa dan belum pernah berjumpa lewat sambungan internet maupun telepon seluler. Kami berteriak dari luar bapak  ada di dalam gedung tetapi bapak belum bisa mendengarkan seruan kami sebab ada kaca yang memisahkan kita. Tetapi tidak menjadi persoalan sebab bapak adalah sosok pemimpin yang saya bangga dan hormati.


Izinkan saya menyampaikan beberapa hal yang mungkin tidak berkenan di hati bapak, atau mungkin tidak membahagiakan bapak. Berikut ini point suratnya:

Kami adalah mahasiswa asal Paniai yang masih mengenyam pendidikan diluar Papua khususnya Se-Sumatera; Se-Jawa dan Bali; Se-Sulawesi. Pada beberapa waktu lalu saya diminta oleh bapak sendiri untuk melakukan pengumpulan nomor Whatsapp milik setiap badan pengurus yang ada di setiap kota studi. Kemudian tepat 13 April 2020 saya  berhasil mendapatkan semua nomor Whatsapp dari seluruh badan pengurus setelahnya saya kirim hasil akumulasi nomor-nomor tersebut tetapi malah bapak menyuruh lagi  membuat grup WA, atas perintah itu saya buat. 

Beberapa hari kemudian, kami diminta untuk kirim data mahasiswa disertai dengan nomor rekening hanya dari BPH setelah kami garap dan penuhi semuanya sesuai dengan apa yang diintruksikan kepada kami lalu saya kirim kepada yang bersangkutan.

Selang dua minggu rombongan bupati mengatakan “tunggu nanti kami eksekusi/salurkan dana Covid19” tetapi hingga kini belum juga terealisasi dan beberapa saat kemudian bapak bupati berubah pikiran sehingga beliau menyampaikan “kamu harus kirim nomor rekening masing-masing dari setiap anggota” namun kami merasa malas karena ada memoria pasionis, maka BPH setiap kota studi kami sepakati lewat grup tadi kami menyatakan tidak setuju dan harus kirim melalui nomor rekeining BPH karena pertimbangan sikon setiap kota studi di nusantara yang cukup beragam.

Sementara itu semua data  pelajar dan mahasiswa Paniai yang saya himpun dari setiap BPH masing-masing kota studi sudah saya kirimkan kepada bupati, Kepala dinas Sosial, terus Operator Dinas Sosial, akan tetapi hingga sampai sekarang belum ada respon dan reaksi apapun.


Kami menyadari bahwa sebagian besar mahasiswa sementara masih berada di tanah air Papua, yang telah terdatakan sebanyak 603 adalah pelajar dan mahasiswa  yang masih berada di kota studi masing-masing saat ini. Artinya bahwa masih belum banyak data-data yang kami rangkulkan oleh karena satu dan lain hal.

Bapak kami mau sampaikan dengan jujur bahwa kami tidak takut mati karena COVID19 tetapi merasa takut dan khawatir jangan sampai kelaparan melanda kami di tanah rantau sehingga kesehatan tubuh jiwa raga kami merosot. Kami juga sampaikan, bahwa belakangan ini setiap BPH telah melaporkan sedang kehabisan pulsa listrik (token) serta bahan makanan. Maka kami minta Pemerintah daerah jangan pernah menahan uang yang sudah menjadi bagian pelajar dan mahasiswa, karena bukan uang pejabat daerah.

Terakhir sebatas mengingatkan bahwa setiap kontrakan yang pernah pemda sediakan setahun yang silam sekarang sudah tiba masa berakhirnya yaitu pada bulan Juni 2020 ini. Tolong! Tolong! Tolong!

Demikian surat terbuka ini saya selaku koordinator umum Deki Dereka Degei ucapkan banyak terimakasi. 



Semoga bapak membaca surat ini. M-M-M.  Yogyakarta, 10 Juni 2020


Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.